Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun
hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika
kau mati layu.
Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.
Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah.
Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.
Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah.
Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekedar
bergerak dua inci. Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau
berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.
-Dee - Filosofi Kopi
No comments:
Post a Comment