Saturday, December 22, 2012

MOZAIKKU

Mozaikku...
Bertemulah dalam rahasia waktu
Tumbuhlah bersama matangnya jiwa
Merekahlah seperti cerianya mereka meramaikan taman nan hijau
Di suatu hari tanpa tanda tanya
Dimana hanya ada kelegaan menggema


-Jessica Johanna
-November 2012

TARIAN RINTIK HUJAN

Pernahkah kau bayangkan
Merindukan waktu dimana rintik hujan menari, bersatu dengan riangnya jiwa
Hanya ada dirimu, tawa, bahagia, dan kebebasan
Rasakan juga sentuhan rintiknya pada jemari tanganmu
Kau menari, berputar riang bersama lagu merdu hati yang kau nyanyikan dan dengarkan sendiri


-Jessica Johanna
-November 2012

HAI CINTA !

Hai Cinta!
Liriklah, aku riang karena sapamu
Tengoklah, aku tegar karena polesanmu
Lihatlah, aku dewasa karena pemaknaanmu
Bijak membawaku menela’ah dan memilah
Mana yang harus aku timbang, pilih dan tinggalkan

-Jessica Johanna
1/12/2012

RIAK LONGITUDINAL

Bejana dalam ruangan
Dalamnya air beriak tak tenang
Gelombang sunyi tepekur dalam tenangnya arus
Menenangkan sekaligus menggelisahkan
Nyanyian suara ombak menyadarkan
Tebing curam hanya benda diam
Langkahkan kaki hati-hati
Jejak pada pasir putih akhirnya tersapu ombak jua

-Jessica Johanna
1/12/2012

MULTIKULTURALISME

DEFINISI MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007).
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174).
Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000).
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).

SEJARAH MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa Inggris English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme. Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania dan Jerman dan beberapa negara lainnya?

JENIS MULTIKULTURALISME
Bermacam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh), yaitu :
·         Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
·         Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
·         Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
·         Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
·         Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu. Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena letak geografis Indonesia, perkawinan campur, dan iklim.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme, diakses pada tanggal 22 Desember 2012 

AKULTURASI PSIKOLOGIS

     Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
     Menurut Harsoyo, akultirasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
     Sedangkan menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
     Menurut Lauer (1989: 402-407), akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.
     Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.
     Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara epistemologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
     Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
     Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
     Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
     Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
     Jadi, akulturasi psikologis adalah suatu proses sosial yang timbul dari suatu kelompok manusia dengan perilaku tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu perilaku asing. Yang kemudian Perilaku asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam perilakunya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur periaku kelompok sendiri. Dengan kata lain bahwa akulturasi psikologi itu bagaimana sikap, keadaan jiwa dan keterbukaan kita dalam menyikapai budaya lain yang masuk ke dalam budaya kita sendiri tanpa harus menghilangkan budya kita sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung.
     Contoh Akulturasi Psikologi adalah sebagai berikut, mahasiswa asal Malaysia adalah contoh dari kasus memasuki suatu lingkungan budaya baru. Mereka meninggalkan negara asalnya untuk suatu tujuan, yakni menuntut pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Dengan latar belakang budaya yang sudah melekat pada diri mereka, termasuk tata cara komunikasi yang telah terekam secara baik di saraf individu dan tak terpisahkan dari pribadi individu tersebut, kemudian diharuskan memasuki suatu lingkungan baru dengan variasi latar belakang budaya yang tentunya jauh berbeda membuat mereka menjadi orang asing di lingkungan itu.
    Dalam kondisi seperti ini, maka akan terjadi culture shock. Meskipun Indonesia dan Malaysia berada dalam satu rumpun, tetapi perlu dipahami bahwa perbedaan-perbedaan budaya itu pasti ada. Hal ini dapat dilihat dari seringnya konflik yang terjadi di antara kedua negara. Kondisi ini membuktikan bahwa kesatuan itu seutuhnya belum ada. Peneliti juga mengamati kondisi mahasiswa Malaysia di Fakultas Kedokteran USU, khususnya yang masih tampak berkelompok. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, mengapa hal ini terjadi?
     Apakah untuk menanggulangi keterkejutan budaya yang mereka alami? Perbedaan antara budaya yang dikenal individu dengan budaya asing dapat menyebabkan individu sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, demikian halnya dengan mahasiswa asal Malaysia ini. Bagaimana fenomena yang akan mereka alami ketika keluar dari suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika berpindah dan hidup dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka serta bagaimana upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi culture shock yang dirasakan menuju suatu adaptasi yang baik dan komunikasi antarbudaya yang efektif.
     Banyak hal yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri, seperti variabel-variabel komunikasi dalam akulturasi, yakni faktor personal (intrapersona), seperti karakteristik personal, motivasi individu, persepsi individu, pengetahuan individu dan pengalaman sebelumnya, selain itu juga dipengaruhi oleh keterampilan (kecakapan) komunikasi individu dalam komunikasi sosial (antarpersonal) serta suasana lingkungan komunikasi budaya baru tersebut (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 141-144).

Sumber :
Berry, John W. 1999. Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Haviland. William A. 1995. Antropologi Jilid 1. Surakarta: Erlangga 
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi, diakses pada tanggal 22 Desember 2012
 http://ririnyp.wordpress.com/2012/10/07/artikel-akulturasi-psikologis/, diakses pada tanggal   22 Desember 2012



Sunday, November 4, 2012

AKULTURASI DAN RELASI INTERNAKULTURAL

AKULTURASI
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidikan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun, pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya-transmisi, adopsi, dan pelestarian budaya. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.

Pengertian Akulturasi menurut para ahli
1.    Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
2.    Koentjaraningrat
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3.    Lauer (1989: 402-407)
Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.
4.    Sumandiyo Hadi (2006: 35)
Akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
5.    Bee dalam Hadi (2006: 35)
Akulturasi yakni (Pertama, akulturasi menunjuk kepada suatu jenis perubahan budaya yang terjadi apabila dua sistem budaya bertemu. Kedua, akulturasi menunjuk kepada suatu proses perubahan yang dibedakan dari proses difusi, inovasi, invensi maupun penemuan. Ketiga, akulturasi dipahami sebagai suatu konsep yang dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjuk suatu kondisi, misalnya kondisi kelompok budaya yang satu lebih terakulturasi dari budaya lain).
6.    Kroeber (1948: 425)
Akulturasi terdiri dari berbagai perubahan-perubahan dalam kebudayaan, dimana perubahan terjadi akibat bertemunya dua kebudayaan yang menyebabkan meningkatnya persamaan antara dua budaya.
7.    Murdock et.al, (1965:12)
Akulturasi adalah modifikasi adaptif dari berbagai elemen.

Komunikasi Antar Budaya (Intercultural Communication)
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi. Kemudian, Sumandiyo Hadi (2006: 35) juga memaparkan bahwa akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
Selain itu, definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. 
Komunikasi antarbudaya dilakukan dengan cara :
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

Sumber :
Berry, John W. 1999. Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Haviland. William A. 1995. Antropologi Jilid 1. Surakarta: Erlangga

http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-budaya-definisi-dan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24729/4/Chapter%20II.pdf













Sunday, October 14, 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuksistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Pengertian Transmisi Budaya
Pewarisan budaya dapat disamakan dengan istilah transmisi kebudayaan. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on new information.
Transmisi budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Transmisi kebudayaan merupakan salah satu fungsi komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam proses pewarisan budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif sebagai usaha untuk mentransfer budaya dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses pewarisan budaya secara tidak langsung terjadi interaksi sosial antar individu yang mungkin saja membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu budaya atau dapat saja memperkuat kesepakatan norma-norma.
Transmisi budaya memiliki fokus dan konsentrisitas pada tiga misi, yaitu:
*menanamkan (juga menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki bibit dan potensi keunggulan);
*mengembangkan (dengan inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah memiliki benih-benih keunggulan yang kemudian diperluas dan ditingkatkan); dan
*memantapkan (juga melestarikan dan konservasi, apabila masyarakat telah mengembangkan tradisi keunggulan secara padu dan bersama).

Proses transmisi budaya meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi didalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata didalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya kelakuan-kelakuan yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya. Ketiga proses transmisi tersebut berakitan dengan bagaimana cara mentransmisikannya.

Bentuk-bentuk Transmisi Budaya dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
Bentuk-bentuk transmisi budaya dapat dikatakan sebagai proses pembudayaan. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.

*Enkulturasi
Konsep ”enkulturasi” mengacu kepada suatu proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167). Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih tua. Dalam proses ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil, awalnya dari orang dalam lingkungan keluarga lalu dari teman-teman bermain. Dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai mahluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotornya.
Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu sangatlah berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan internal individu, seperti motivasi, sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang terdekatnya, proses perolehan keterampilan bertingkah laku, serta proses penyesuain dan penerimaan diri berdasarkan latar belakang budayanya. Contohnya seorang anak belajar mendisiplinkan dirinya sendiri melalui didikan orang tua mengenai waktu belajar, waktu bermain, dan waktu istirahat. Atau seorang anak yang diajarkan bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya.

*Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidikan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun, pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya-transmisi, adopsi, dan pelestarian budaya. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.

*Sosialisasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana ia menjadi anggota. Maksudnya sosialisasi merupakan seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin, sosialisasi adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut atau norma kelompok. Proses sosialisasi dalam perkembangan psikologi individu memberi pengaruh peranan-peranan individu dimana ia berada maupun dimasyarakat luas. Dalam proses sosialisasi individu diajarkan untuk menjalankan peranannya secara baik dan sesuai dengan standar.

Persamaan Dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Masa Perkembangan Individu
Kesamaan dan perbedaan transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi antara lain : Persamaan yang paling menonjol dari kedua proses transmisi tersebut adalah pengenalan , pemahaman kebudayaan tertentu dimana prinsip dasarnya memberikan informasi mengenai budaya suatu daerah terhadap budaya lain. Proses dimana kita belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya Perbedaan antara kedua transmisi tersebut adalah proses menyesuaikan diri terhadap budaya tersebut , dimana kita dituntut lebih dari sekedar mengenal budaya tersebut , tapi lebih pada praktek kegiatan budayanya.

Kesamaan dan perbedaan dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja : Pada masa remaja adalah masa transisi, dimana proses pencarian jati diri masih berlangsung. Pemahaman kebudayaan remaja sangatlah penting namun transmisi budaya pada remaja saat ini sangat sulit. Pemahaman tentang budaya itu sendiri dapat dimengerti, namun untuk mempraktekan budaya itu sendiri kebanyakan remaja masih kurang berminat. namun ada juga remaja yang peduli akan budaya, contoh: penari daerah yang terus melestarikaan budayanya itu sendiri. Selain itu, mendominasi pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barat seperti negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985, 1994).

Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal konfromitas : konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia bermasyarakat yang akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama. Hal ini menyangkut perilaku kepatuhan. Kesamaan  ketika manusia yang hidup bermasyarakat mematuhi peraturan atau adat istiadat yang ada dilingkungan itu sendiri dan bisa menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Perbedaan: ketika manusia yang hidup bermasyarakat itu tidak mau mengikuti peraturan yang ada dilingkungannya itu sendiri dan orang itu pun bersifat sesukanya dan tidak memandang peraturan yang berlaku dilingkungannya.

Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal kognisi sosial : Kognisi social adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social dapat terjadi secara otomatis. Kesamaan: sama-sama untuk mengetahui suatu informasi , dan biasanya langsung mencirikan bahwa orang itu dari daerah mana. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Perbedaan: berbedaannya kalau kognisi sosial menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial.

Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender : Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.

Sumber :
Berry, John W. 1999. Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Haviland, William A. 1995. Antropologi Jilid 1. Surakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Tuesday, October 2, 2012

Psikologi Lintas Budaya: Apakah Itu?

Menurut Segall, Dasen dan Poortinga (1990), psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok, yaoitu keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi.

Triandis, Malpas, & Davidson bependapat bahwa psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan merode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.

Menurut Brislin, Lonner, & Thorndike, psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang membawa kearah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian, kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda, dan di bawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda.

Triandis berpendapat bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.

Pada semua definisi itu, istilah budaya selalu muncul. Tetapi dalam definisi-definisi tersebut hanya sedikit perhatian diberikan pada minat-minat lain. Misal, psikologi lintas budaya tidak hanya berkutat dengan keragaman tetapi juga keseragaman (uniformity): apa yang secara psikologis dapat dianggap sebagai sesuatu yang umum atau universal pada spesies manusia. Lebih dari itu terdapat jenis ubahan kontekstual lain (yang tak lazim dimasukkan dalam konteks budaya) yang telah dianggap sebagai bagian kegiatan lintas budaya. Ubahan in mencakup: ubahan biologis (Dawson, 1971) seperti nutrisi, faktor bawaan, proses hormonal yang mungkin bervariasi berdasar kelompok dan budaya mereka, serta ubahan ekologis (Berry, 1976) yang memandang populasi manusia berada dalam sebuah proses penyesuaian diri dengan lingkungan alam, debngan menekankan faktor seperti aktivitas ekonomik (berburu, mengumpulkan bahan makanan, bertandi, dan sebagainya) dan kepadatan populasi.

Selain itu, dalam definisi-definisi tersebut tidak tercakup istilah lintas bangsa. Meski metode lintas bangsa mungkin sama dengan yang ditempuh psikologi lintas budaya, istilah ini lebih merujuk pada kajian yang diterapkan pada dua populasi yang erat berhubungan secara budaya (contoh, perbandingan antara populasi Skotlandia-Irlandia atau Perancis-Spanyol) dan biasa hidup berdekatan satu sama lain. Kajian yang lebih penting adalah bahwa psikologi lintas budaya merupakan kajian berbagai kelompok budaya dalam sebuah kesatuan bangsa (negara) tunggal. Pertanggung jawaban memasukkan sebuah psikologi etnik dalam psikologi lintas budaya mungkin ditopang oleh kenyataan bahwa beberapa kelompok yang dianggap mewakili budaya asli agak menampakkan kenyataan berbeda (contoh, Indian asli berkulit hitam, dan orang-orang Hispanic di wilayah Karibia). Sementara pendekatan lain mengutamakan perbedaan budaya berdasar generasi sebelum dan sesudah migrasi. Fokus istimewa dalam psikologi lintas budaya ini dicerminkan oleh banyak kajian yang menyoroti perubahan perilaku sebagai akibat kontak antarbudaya.

Jadi, dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosiobudaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan ini.

Tujuan Psikologi Linta Budaya
Tujuan utama yang paling nyata ialah pengujian kerampatan (generality) pengetahuan dan teori psikologis yang ada. J.W Whiting (1968) mengatakan bahwa kita menggunakan psikologi lintas budaya melalui penggunaan data “beragam orang seantero dunia semata-mata untuk menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan perilaku manusia.”. Dawson (1971) mengajukan tujuan ini ketika menyatakan bahwa psikologi lintas budaya dirancang agar kesahihan universal teori-teori psikologi dapat dikaji secara lebih efektif.”
Tujuan kedua yang di ajukan Berry dan Dansen (1974) adalah menjelajah budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari psikologi lintas budaya adalah untuk mencari persamaan dan perbedaan sejauh mana pengaruh budaya dalam pembentukan sifat, karakter dan perilaku individu di berbagai belahan dunia dengan latar budaya yang berbeda.

Hubungan Psikologi dan Budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan perilaku social : Ekologi - biologi - budaya - sosiologi - ilmu linguistik - kepribadian - perilaku.

Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.


Sumber : 
Berry, John W, dan Ype H. Poortinga dkk. 1999. Psikologi Lintas-Budaya Riset dan Aplikasi.  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Friday, September 21, 2012

PENYERAHAN

Tuhan, aku hanya berharap pilihanku akan membawaku pada satu kelegaan, pun harus terjawab pada detak kemudian kesekian.

-Jessica Johanna 

Sunday, September 16, 2012

RUMAH HATIMU




Rumah. Sejauh mana pun aku melangkah dan berlari, kepadanya juga aku kembali.
Rumah. Karena disanalah hati begitu nyaman berdiam.
Ada rindu yang terus bernyawa. Membawa inginku selalu kembali kepadanya.
Rumah itu kamu. Semesta nyaman yang menjalar dan teduh yang berjajar.
Menguar rindu yang tak terbilang.
Mengeja cinta - tanpa tanda tanya, berulang-ulang.
Rumah itu, hatimu.


-Moammar Emka, Dear You

Friday, September 14, 2012

YOU

Berkacalah ketika kau merefleksi diri.
Apa yang kau lihat? AKU ?
Samakah terlihat kesakitan itu?
Ajaklah bicara apa dia juga merasakannya?
Apa kau akan meninggalkan luka?
Siapa DIA?
“Perempuan itu.. Dia menunggu kata dan sejuta kebesaran rasa”
Pantulkan rasamu, jangan membuatnya berkaca kaca, menguap menghilangkan cerianya…
Menjalani ini… Dia tak mampu
Beri rasa dan asa... Kini luka... 
Kau memang yang paling sempurna membubuhkannya
Kau? dengan ketenanganmu...
Aku? dengan penantianku...
Kita? …..........

- By : angieamanda.tumblr.com -

Wednesday, September 5, 2012

SUPERB

Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati, jauh tak terjangkau oleh bukti - Kahlil Gibran

Friday, August 31, 2012

*CLING*

ku celahi tumpukan jerami yang menenggelamkanku
ku kuak timbunan lumpur hitam yang menggenangi tubuhku
dan benar saja!
ternyata didalamnya bertumpuk mutiara!

-Jessica Johanna 

TERTOHOK ENGGAN

Terasa melampaui batas nalar
Tak pernah sebelumnya aku bertemu dengan rasa macam demikian
Sedikit tonjokan, menghela!
Telak aku tersadar!
Seolah terlalu tinggi
Terlalu berani
Dan mungkin terlalu tersilap
Atau mungkinkah juga ternyata terlalu salah?
Beranikah untuk tinggalkan?
Ah... Aku benar-benar merasa terlalu tinggi!
Maaf jika ternyata terlalu rapuh!
Bahkan untuk sekedar bermimpi saja, kini aku enggan!

-Jessica Johanna 

Thursday, August 30, 2012

MEYAKINKAN DIRI? SIAPA YANG BISA?

Tidak ada yang bisa meyakinkan aku akan kamu
Tidak juga kamu, dia ataupun mereka
Tidak ada pula yang bisa meyakinkan kamu akan aku
Tidak juga aku, dia ataupun mereka
Hanya diri kita sendiri yang bisa!

-Jessica Johanna 

AKU JATUH CINTA KEPADAMU DENGAN TELAK

Pernahkah kamu berpikir tentang jawaban? Ah, ternyata yang namanya jawaban itu tidak selalu lugas dan tegas. Kadang, hanya berbentuk tanda; diam dan hening. Seperti halnya tanya cintaku kepadamu.

Aku jatuh cinta kepadamu dengan telak. Kamu akan tahu kebenarannya, kelak. 

Kelak, saat waktu berpihak kepadamu; menyuguhkan arti ketulusan cinta itu. Terlambat atau tidak, aku tak tahu. 

Mungkin, aku bukan lagi orang yang sama saat kamu menyadarinya. Tahu-tahu, kita terlambat untuk bersama atas nama cinta. 

Maka, bacalah setiap tanda yang tercermin dari kata dan gerak tubuhku. Bahwa, dengan telak aku jatuh cinta kepadamu. Dan, kamu tak lagi butuh kata “kelak” untuk menemukan jawaban itu; sebelum semua terlambat di lipatan waktu. 



RASA

Menyelahi pikiran perlahan-lahan
Hati-hati aku terjemahi rasa ini
Sosokmu begitu nyata
Hadirmu begitu ada
Dan sekarang, dengan begitu saja...  akupun merasa cukup
Alunan nada yang berirama
Deretan narasi yang begitu bersuara
Gema suara hati
Segala yang tak tertangkap oleh indera
Seolah buta
Tetapi dapat ku rasakan dengan jiwa, dengan rasa!

-Jessica Johanna

Thursday, August 23, 2012

BULAT YANG BELUM SEMPURNA

kemelutku panjang
cukup rumit berliku
yaaa, mungkin bulatnya hanya belum sempurna
kita tunggu saja
karna pada akhirnya tidak ada yang bisa bohong
tidak ada yang bisa memaksa
tidak juga aku ataupun dia
tidak ada!

-Jessica Johanna 

Tuesday, August 14, 2012

LABIRIN

Aku tersesat tak dapat jalan
Sebentar ada celah menjemput pulang, ku abaikan
Aku masih terus bermain di labirinmu
Terlalu menikmati tiap kelok misteri didalamnya
Kemudian celah lain menyapa
Yang kali ke dua ini melempar dilema tanya
"Tinggal" atau "keluar" ?

-Jessica Johanna 

TENTANG KAMU SUDAH TERLALU BANYAK

Terlalu banyak tentang kamu!
Aku dimana?
Tersesat di rupa siapa?
Sampai aku tak bisa temukan diriku sendiri!

Ah! tentang kamu sudah terlalu banyak!
Hingga aku lupa rupa diri ini, entah berbentuk apa

Ah! sudah terlalu banyak tentang kamu!
Kini aku ingin kembali pada diriku!

-Jessica Johanna

MENJAJAK

Tertatih
Merangkak
Terjerembab
Tergopoh
Tegak
Terhuyung
ah! aku kembali tertampar!

-Jessica Johanna

Sunday, August 12, 2012

SALJU GURUN

Di hamparan gurun yang seragam,  jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.

Di lingkungan gurun yang serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. Sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. Tak ada yang menangis rindu jika kau mati layu.

Di lansekap gurun yang mahaluas, lebih baik tidak menjadi oase. Sekalipun rasanya kau sendiri, burung yang tinggi akan melihat kembaranmu di sana-sini.

Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju yang abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah.

Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekedar bergerak dua inci. Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.


-Dee - Filosofi Kopi

KUNCI HATI

Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.

Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya, duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.

Tahukan engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembutaan dunia? Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran sekalinya engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberian paling berharga.

Satu garis jangan sampai kau tepis : membuka diri tidak sama dengan menyerahkannya.
Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.


-Dee, Filosofi Kopi

Friday, August 10, 2012

KEPALA DUA

Alhamdulillah, Subhanallah limpahan rahmat dan kasih Allah yang ga ada habisnya.. Gue bersyukur, hari ini sampai pada kali ke dua puluh gue ketemu sama tanggal 10 Agustus, hahahaha, kepala dua meeen, tanggung jawab baru meeen dan ga tau kenapa gue merasa ini babak baru dalam hidup gue. Rasanya di umur gue yang memasuki kepala dua ini gue harus bener-bener lebih responsible terhadap diri gue sendiri, gue harus bisa lebih matang, lebih dewasa dan tentunya lebih bijaksana dari sebelumnya. Gue berharap di umur gue yang ke dua puluh tahun ini ada lebih banyak manfaat yang bisa gue kasih buat orang-orang terdekat gue dan lingkungan sekitar gue, ada lebih banyak cinta dan kasih sayang yang gue tebar buat keluarga gue, sahabat gue, temen-temen gue dan sekitar gue. Gue pengen bisa jadi orang yang bisa membuat nafas orang lain menjadi sedikit lebih lega karena kehadiran gue. Dan semester 5,6,7,8 menanti di depan.. PI and skripsi, be nice ya dear :*

Gue seneng banget pagi tadi bisa kumpul bareng Ibu, Oo' and Jezzreel. Gue seneng banget dapet ucapan dan do'a langsung dari cowo-cowo kece yang ga lain dan ga bukan adalah ibal, Bejong, Tomy, Alvin, Imam, Babe.  Gue seneng banget tetep ada do'a dan ucapan dari cewe-cewe cantik Cahaya, Iki, Marsa, Mayu, Ayu, Anggi, Ken, Via, Destri, Azizah, Laila...

Daaaaan ada yang mengejutkan...
Jam 2.30 pm, gue lagi ngangkang dan ketiduran, dan gue rasa gue ngiler itu yaaa, jeng jeng jeeeeng, secara mengejutkan Mayu dateng doong ke rumah. Gue kaget ya itu hahaha, secara bangun tidur dan masih blah bloh, setelah cukup sadar, iya beneran, Mayu tanpa ditemani siapa-siapa dateng ke rumah dan gue seneng banget..
Dan gue mikir, haduh, ini puasa-puasa, siang-siang, Mayu sendokiran pula, pasti perjalanan yang cukup melelahkan nyari ini itu dulu buat akhirnya nyampe ke rumah gue hehehe, makasih banget ya darleng, makasih juga buat bukunya :**

Pokoknya makasih banget buat semua ucapan dan do'a, dari semua temen-temen, bocah-bocah SMA, anak-anak kampus, keluarga GEDE and anak-anak rumah.. juga Arif, Faris, Yungki, Mas Ali, Ekoy, Kakak, Aras, Gopet, Bunyah... berarti banget buat gue guys, Barakallah yaaa :))


Thursday, August 9, 2012

SPASI

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang jika ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.


-Dee, Filosofi Kopi


Wednesday, August 8, 2012

ANONYMOUS

"If the love is real, then it will come back to you. if not, look ahead for new life, don't stop at this point"


"You need to take bad to taste the good"


HANTARAN

Karena semua adalah perjalanan, bukan tujuan.. Proses, dan bukan hasil. Semoga sampai pada intinya... Pelan-pelan!
-Jessica Johanna

CINTA

Yang tak kasat mata abaikan saja! Karna semua soal rasa :)
-Jessica Johanna

CUACA

Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing-masing pihak menyimpan hal lain yang gentar di utarakan.

“Bagaimana cuacamu?”
“Aku biru.”
“Aku kelabu.”

Keangkuhan memecah jalan kami, kendati cuaca menalikannya. Kebisuan menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak-menebak, agar yang tersirat tetap tak tersurat.

“Bagaimana cuacamu?”
“Aku cerah, samasekali tidak berawan. Kamu?”
“Bersih dan tenang. Tak ada awan.”
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena telah dibohongi. Namun kesatuan diri kami telah memutuskan demikian : menampilkan cerah yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi pajangan.

Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan.

-Dee, Filosofi Kopi

Tuesday, August 7, 2012

SURAT YANG TAK PERNAH SAMPAI

Cinta butuh dipelihara. Bahwa di dalam sepak terjangnya yang serba mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan.

Cinta jangan selalu ditempatkan sebagai iming-iming besar, atau seperti ranjau yang tahu-tahu meledakkananmu—-entah kapan dan kenapa. Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan… Karena cinta adalah mengalami.

Cinta tidak hanya pikiran dan kenangan. Lebih besar, cinta adalah dia dan kamu. Interaksi. Perkembangan dua manusia yang terpantau agar tetap harmonis. Karena cinta pun hidup dan bukan cuma maskot untuk disembah sujud.

Kamu ingin berhenti memencet tombol tunda. Kamu ingin berhenti menyumbat denyut alami hidup dan membiarkannya bergulir tanpa beban.


-Dee, Filosofi Kopi

Monday, August 6, 2012

ECHOES IN ETERNITY

What we do in life echoes in eternity

Setiap peristiwa di jagad raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak disana-sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti montase Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apapun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian...

-Pak Balia, Sang Pemimpi

4/8/2012

Selamat pagi cinta
Hujan lebat menghapus jejaknya
Tawa ringan angin membawanya terbang melayang
dan kemudian cahaya menghantarkan sosoknya
Lengang!
Dan sinar mentari masuk menembus rimbun pepohonan
Tumbuhan yang meranggas
Akar yang menjalar
Tapi hanya daun berguguran
Dan kini, musim semi menghampiri

-Jessica Johanna

METAMORFOSA

Kulihat sudut lain dari pembicaraan tadi
Langitku cerah
Ada pelangi pula disana
Bertabur bintang dan terlukis aurora melambai-lambai
Ada satu ketenangan dan kutemukan insightku
Semoga kamu selalu secerah dan secantik ini yaa
Hangatnya cahaya yang selalu menghampiri
Sejuk tetes embun yang tersuguhkan ditiap paginya
Dan angin mengantarkanku
Di titik ordinat inilah aku berdiri
Berharap dengan hati seringan kapas
Wahai langkahku, temukanlah mozaikmu

-Jessica Johanna

Wednesday, August 1, 2012

TERTAHAN

Rasanya aku ingin memeluk malam ini
Menyimpannya selalu dalam memori pengkristalanku
Dan aku tak pernah tau kapan ia bermula
Dimana waktu terasa begitu bergulir, begitu mengalir dan sejenak terhenti
Ada kesejukan yang berdesir ditiap detaknya
Membawa tiap detiknya terasa
Kucermati ada rasa yang membuncah, namun tertahan!
Terlalu naif untuk tidak diungkapkan
Terlalu tercekat pula untuk hanya bisa terdiam
Pun terlalu terbata untuk dapat bersuara

-Jessica Johanna
13/9/2011