Dalam client-tengah terapi, terapis mendengarkan tanpa
berusaha untuk memberikan solusi. Terapis harus menciptakan suasana di mana
klien dapat mengkomunikasikan perasaan mereka dengan pasti bahwa mereka sedang
dipahami ketimbang dinilai. Didalam terapi, terdapat dua kondisi inti: congruence dan unconditional positive regard. Congruence merujuk pada bagaimana
terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien sadar dan
memaknai pengalaman tersebut. Unconditional
positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya,
di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan, dan
lakukan. Di samping itu , terdapat juga sejumlah konsep dasar dari sisi klien,
yakni self-concept, locus of evaluation, dan experiencing Self
concept merujuk pada bagaimana klien memandang-memikirkan-menghargai diri
sendiri. Locus of evaluation merujuk dari sudut pandang mana klien
menilai diri. Orang yang bermasalah akan terlalu menilai diri mereka berdasar
persepsi orang lain (eksternal). Experiencing, adalah proses di mana klien
mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi lebih terbuka.
Client-centered therapy (CCT) menekankan pada sikap dan
kepercayaan dalam proses terapi antara terapis dengan klien. Efektifitas dari
pendekatan terapi ini adalah pada sifat kehangatan, ketulusan, penerimaan
nonposesif dan empati yang akurat. Client-centered
therapy beranggapan bahwa klien sanggup menentukan dan menjernihkan
tujuan-tujuannya sendiri. Perlu adanya respek terhadap klien dan keberanian
pada seorang terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya
sendiri dan mengikuti arah-arahannya sendiri terutama pada saat klien membuat
pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihan yang diharapkan terapis. CCT membangun
hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk
mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau
didistorsinya. Dalam Suasana ini klien merupakan narator aktif yang membangun
terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang positif. CCT cenderung
spontan dan responsif terhadap permintaan klien bila memungkinkan. Seperti
permintaan untuk mengubah jadwal terapi dan membuat panggilan telepon pada
terapis.
Contoh-contoh dalam 3 macam formulasi kualitas terapis Rogers
yaitu congruence, ketika seorang
klien mengatakan keengganannya mengunjungi terapi karena baginya membuang-buang
waktu sang terapis. Maka sikap terapis yang ditunjukkan bahwa bagi sang terapis
hal ini tidak akan mebuang-buang waktunya dan mengungkapkan bahwa terapi ingin
bertemu dengan klien di lain waktu lagi jika terapis bersedia. Unconditional positive regard, ketika
terapis mengatakan bahwa masalahnya tidak akan berhasil diselesaikan maka
terapis dapat bersikap dengan memberikan percayaan pada klien bahwa ia dapat
menyelesaikan masalahnya dan terapis akan menerima klien apabila ia bersedia
dating kembali. Dan empathic
understanding of the client’s internal frame of reference, saat klien
menceritakan suatu kejadian, maka terapis mencoba memahami situasi saat itu
yang terjadi pada klien dan mencoba mendapatkan tanggapan kembali dari klien
dengan lebih banyak informasi.
Adapun teknik konseling
yang digunakan dalam clien center therapy adalah sebagai berikut :
1. Aceptance (penerimaan)
2. Respect (rasa hormat)
3. Understanding (mengerti, memahami)
4. Reassurance (menentramkan hati,
meyakini)
5. Encouragement (dorongan)
6. Limited Questioning
(pertanyaan terbatas)
7. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)
Carl Rogers memandang manusia dengan berorientasi pada
filsafat humanistik, dimana ia memandang manusia adalah individu yang positif,
rasional, sosial, bergerak maju dan realistik
Client-centered Therapy memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya adalah untuk ketidakjelasan prinsip-prinsipnya, antipati terhadap
diagnosis, dan penekanannya pada klien evaluasi diri sebagai cara untuk menilai
hasil terapi. Klien-tengah terapi mungkin bekerja kurang baik dengan
orang-orang yang merasa sulit untuk berbicara tentang diri mereka sendiri atau
memiliki penyakit mental yang mendistorsi persepsi mereka tentang realitas.
Sumber :
Hall, C.S. and Lindzey.
(1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius : Yogyakarta
Suryabrata, S. (2007). Psikologi
Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
http://bimbingankonseling6.blogspot.com/2012/11/client-centered-therapy-cct_7354.html
http://www.health.harvard.edu/press_releases/client_centered_therapy
No comments:
Post a Comment