Sunday, March 31, 2013

Person Centered Therapy

     Psikolog Carl Rogers memperkenalkan pendekatan baru untuk psikoterapi yang berlari bertentangan dengan teori-teori yang dominan pada saat itu. Metodenya, berpusat pada klien terapi. Konsep dasar dari Client-Centered Therapy atau Person Centered Therapy adalah bahwa inidividu memiliki kecenderungan untuk mengakutalisasikan diri (actualizing tendencies) yang berfungsi satu sama lain dalam sebuah organisme. Para terapis lebih terfokus pada “potensi apa yang dapat dimanfaatkan”. Client-centered therapy jarang mengajukan pertanyaan, membuat diagnosa, memberikan interpretasi atau saran, menawarkan jaminan atau menyalahkan, setuju atau tidak setuju dengan klien, atau menunjukkan kontradiksi. Sebaliknya, mereka membiarkan klien menceritakan kisah mereka sendiri, dengan menggunakan hubungan terapeutik dengan cara mereka sendiri.

     Dalam client-tengah terapi, terapis mendengarkan tanpa berusaha untuk memberikan solusi. Terapis harus menciptakan suasana di mana klien dapat mengkomunikasikan perasaan mereka dengan pasti bahwa mereka sedang dipahami ketimbang dinilai. Didalam terapi, terdapat dua kondisi inti: congruence dan unconditional positive regardCongruence merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan, dan lakukan. Di samping itu , terdapat juga sejumlah konsep dasar dari sisi klien, yakni self-concept, locus of evaluation, dan experiencing Self concept merujuk pada bagaimana klien memandang-memikirkan-menghargai diri sendiri. Locus of evaluation merujuk dari sudut pandang mana klien menilai diri. Orang yang bermasalah akan terlalu menilai diri mereka berdasar persepsi orang lain (eksternal). Experiencing, adalah proses di mana klien mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi lebih terbuka.

     Client-centered therapy (CCT) menekankan pada sikap dan kepercayaan dalam proses terapi antara terapis dengan klien. Efektifitas dari pendekatan terapi ini adalah pada sifat kehangatan, ketulusan, penerimaan nonposesif dan empati yang akurat. Client-centered therapy beranggapan bahwa klien sanggup menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri. Perlu adanya respek terhadap klien dan keberanian pada seorang terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahannya sendiri terutama pada saat klien membuat pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihan yang diharapkan terapis. CCT membangun hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Dalam Suasana ini klien merupakan narator aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang positif. CCT cenderung spontan dan responsif terhadap permintaan klien bila memungkinkan. Seperti permintaan untuk mengubah jadwal terapi dan membuat panggilan telepon pada terapis.

     Contoh-contoh dalam 3 macam formulasi kualitas terapis Rogers yaitu congruence, ketika seorang klien mengatakan keengganannya mengunjungi terapi karena baginya membuang-buang waktu sang terapis. Maka sikap terapis yang ditunjukkan bahwa bagi sang terapis hal ini tidak akan mebuang-buang waktunya dan mengungkapkan bahwa terapi ingin bertemu dengan klien di lain waktu lagi jika terapis bersedia. Unconditional positive regard, ketika terapis mengatakan bahwa masalahnya tidak akan berhasil diselesaikan maka terapis dapat bersikap dengan memberikan percayaan pada klien bahwa ia dapat menyelesaikan masalahnya dan terapis akan menerima klien apabila ia bersedia dating kembali. Dan empathic understanding of the client’s internal frame of reference, saat klien menceritakan suatu kejadian, maka terapis mencoba memahami situasi saat itu yang terjadi pada klien dan mencoba mendapatkan tanggapan kembali dari klien dengan lebih banyak informasi.

     Adapun teknik konseling yang digunakan dalam clien center therapy adalah sebagai berikut :
1.      Aceptance (penerimaan)
2.      Respect (rasa hormat)
3.      Understanding (mengerti, memahami)
4.      Reassurance (menentramkan hati, meyakini)
5.      Encouragement (dorongan)
6.      Limited Questioning (pertanyaan terbatas)
7.      Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

     Carl Rogers memandang manusia dengan berorientasi pada filsafat humanistik, dimana ia memandang manusia adalah individu yang positif, rasional, sosial, bergerak maju dan realistik
Client-centered Therapy memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah untuk ketidakjelasan prinsip-prinsipnya, antipati terhadap diagnosis, dan penekanannya pada klien evaluasi diri sebagai cara untuk menilai hasil terapi. Klien-tengah terapi mungkin bekerja kurang baik dengan orang-orang yang merasa sulit untuk berbicara tentang diri mereka sendiri atau memiliki penyakit mental yang mendistorsi persepsi mereka tentang realitas.

Sumber :
Hall, C.S. and Lindzey. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Kanisius : Yogyakarta
Suryabrata, S. (2007). Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
http://bimbingankonseling6.blogspot.com/2012/11/client-centered-therapy-cct_7354.html
http://www.health.harvard.edu/press_releases/client_centered_therapy

No comments:

Post a Comment