Perbedaan
psikologi humanistik dengan tiga aliran utama psikologi, diawali dari tokoh-tokoh
utama psikologi humanistik, yaitu Maslow yang mengemukakan teori hierarki kebutuhan
manusia, Rogers yang memperkenalkan client-centered
therapy, dan Rollo May yang mendalami pemanfaatan filsafat
eksistensialisme dan fenomenologi pada kajian masalah-masalah psikologi.
Psikologi
humanistik terutama berorientasi pada nilai-nilai manusia. Maslow dan Rogers,
misalnya, berpandangan bahwa perkembangan manusia mengarah pada aktualisasi
diri. Karena itu, menurut mereka pada dasarnya manusia ini mempunyai kekuatan
intrinsik yang pada hakikatnya mengarahkan dia untuk menjadi baik. Namun
pandangan ini ditentang oleh beberapa tokoh psikologi humanistik yang
menyatakan sebaliknya.
Bebetapa
istilah lain dari Kekuatan Ketiga yaitu : 'self-awareness movement' (karena kesadaran diri menjadi salah
satu kunci dalam psikologi humanistik), 'human potential movement' (karena ditujukan untuk selalu
lebih memanfaatkan poteni manusia sepenuhnya), 'personal growth' (karena didasarkan pada keyakinan bahwa
manusia dapat berkembang dari batas yang ia yakini sebelumnya, jika ia
memperoleh kesempatan yang tepat dan diberi keleluasaan pengambangan diri).
B. Teknik-teknik Terapi Humanistik
Secara tradisional, terapi hanya
diperuntukkan untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan emoional atau
penderita neurotik atau psikotik. Terapi humanistik juga dilakukan untuk
orang-orang yang “sehat” atau populasi normal, yang menginginkan pertumbuhan
pribadi yang lebih penuh. Jenis-jenis terapi humanistik adalah :
1. Person-Centered Therapy (Carl R.
Rogers)
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap
pendekatan PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan
pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness,
realness or cogruence, (2) acceptance
or caring or prizing – unconditional positive regard, dan (3) empathic understanding.
Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi
mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah
penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang
memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan
pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada
umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan
menuju aktualisasi diri.
2. Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi
Gestalt dipelopori oleh Frederich (Fritz) Solomon Perls (1893-1970), seorang
dokter yang mendalami psikoanalisis. Meskipun demikian, hal itu tidak
membuatnya gentar untuk berpikir kritis terhadap konsep psikoanalisis.
Terapi
Gestalt merupakan bentuk terapi yang merupakan refleksi berbagai ragam
pemikiran antara lain Psikoanalisis, Reichian character analysis, Jung annalistic
theory, Zen Buddism, Taoism, filsafat eksistensialisme, psikodrama.
Prinsip yang ada pada terapi ini adalah setiap individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menemukan tanggung jawab pribadi bila ingin mencapai
kematangan. Penekanan terapi Gestalt adalah pada perubahan perilaku.
Asumsi dasar terapi ini adalah adanya
anggapan bahwa individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri, cakap dalam mengambil keputusan pribadi, mampu mengambil keputusan
terbaik bagi aktualisasi diri secara mandiri, memiliki potensi, identitas dan
keunikan diri, selalu tumbuh dan mampu berubah. Tugas utama terapis adalah
membantu klien mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang (here and now).
3. Transactional Analysis (Eric
Berne)
Terapi ini dikembangkan oleh Eric Berne. Sebagai dokter jiwa,
Berne mendapatkan tugas untuk memeriksa kesehatan mental ratusan prajurit
Amerika. Untuk itu ia memiliki waktu yang terbatas. Sehubungan dengan hal
tersebut, Eric mengembangkan metode yang cepat dan praktis guna mengenali
kondisi mental para prajurit. Berdasarkan metode yang diterapkan ini, ternyata
ia mampu mengenali karakteristik para prajurit dalam waktu singkat. Berdasarkan
metode yang serupa dikembangkan Transactional
Analysis Therapy atau terapiAnalisis Transaksional (A. T.) Analisis
Transaksional merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan
individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini menekankan aspek
kognitif-rasional-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4. Rational-Emotive Therapy (Albert
Ellis.
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
5. Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
C. Kegunaan Terapi Humanistik
Pandangan Humanistik mempunyai orientasi nilai yang berpegang pada pandangan optimistis dan konstruktif tentang manusia dan kapasitas dasar mereka untuk dapat menentukan diri sendiri (self-determining). Psikologi Humanistik didasari oleh keyakinan bahwa kekuatan niat (intentionality) dan nilai-nilai etis merupakan kekuatan-kekuatan psikologis yang penting, sebagai bagian dari penentu dasar perilaku manusia.
Praktik terapi humanistik selalu diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kesadaran akan kekuatan pilihan pribadi, namun tetap memperhatikan keefektifan kelompok-kelompok sosial.
Tujuan utama terapi humanistik adalah membawa individu untuk mengenali dorongan alamiah (innate tendency) untuk meningkatkan dirinya agar mengarah pada pertumbuhan (growth), kematangan (maturity) dan pengayaan hidup (life enrichment), juga mendorong individu untuk termotivasi dalam pengaktualisasi diri mereka.
Sumber :
Papalia, DE, Olds dan Feldman. (2009). Human Development Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill
http://gierevolusi.blogspot.com/2012/04/review-buku-terapi-humanistik.html
http://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA354&lpg=PA354&dq=%22terapi+humanistik%22&source=bl&ots=LR_OS0c5Uv&sig=f1f6q_w2h0noPVFmvXDgEeYsSwY&hl=en&sa=X&ei=jPVOUaTdE8OXrge26YCoBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=%22terapi%20humanistik%22&f=false
No comments:
Post a Comment