Pengertian
Transmisi Budaya
Pewarisan budaya dapat
disamakan dengan istilah transmisi kebudayaan. Transmisi budaya merupakan
kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi
yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural
transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend
to learn and pass on new information.
Transmisi budaya
dinilai sebagai suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau
pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet
kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha
pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau
memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan
nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam
masyarakat.
Transmisi kebudayaan
merupakan salah satu fungsi komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian
karena, dalam proses pewarisan budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara
interaktif sebagai usaha untuk mentransfer budaya dari satu generasi ke
generasi lain. Dalam proses pewarisan budaya secara tidak langsung terjadi
interaksi sosial antar individu yang mungkin saja membahas tentang ide-ide atau
gagasan suatu budaya atau dapat saja memperkuat kesepakatan norma-norma.
Transmisi budaya
memiliki fokus dan konsentrisitas pada tiga misi, yaitu:
*menanamkan (juga
menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki bibit dan potensi
keunggulan);
*mengembangkan (dengan
inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah memiliki benih-benih keunggulan
yang kemudian diperluas dan ditingkatkan); dan
*memantapkan (juga
melestarikan dan konservasi, apabila masyarakat telah mengembangkan tradisi
keunggulan secara padu dan bersama).
Proses transmisi budaya
meliputi proses-proses imitasi,
identifikasi dan sosialisasi. Imitasi
adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi
didalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat
lokal. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti
telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya.
Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi
itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu
sendiri. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah
disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata didalam
lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai yang dimiliki
seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya
kelakuan-kelakuan yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang
dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya. Ketiga proses transmisi
tersebut berakitan dengan bagaimana cara mentransmisikannya.
Bentuk-bentuk
Transmisi Budaya dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Psikologi Individu
Bentuk-bentuk transmisi
budaya dapat dikatakan sebagai proses pembudayaan. Proses pembudayaan terjadi
dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya
dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut
sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi
sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.
*Enkulturasi
Konsep ”enkulturasi”
mengacu kepada suatu proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167).
Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga,
komunitas budaya suatu suku, atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan
enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih tua. Dalam
proses ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil, awalnya dari
orang dalam lingkungan keluarga lalu dari teman-teman bermain. Dengan demikian
pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses
enkulturasi, mengingat manusia sebagai mahluk yang dianugerahi kemampuan untuk
berpikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotornya.
Pengaruh enkulturasi
terhadap perkembangan psikologi individu sangatlah berkaitan dengan hal-hal
yang berhubungan dengan internal individu, seperti motivasi, sikapnya terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang terdekatnya, proses perolehan
keterampilan bertingkah laku, serta proses penyesuain dan penerimaan diri
berdasarkan latar belakang budayanya. Contohnya seorang anak belajar
mendisiplinkan dirinya sendiri melalui didikan orang tua mengenai waktu
belajar, waktu bermain, dan waktu istirahat. Atau seorang anak yang diajarkan
bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya.
*Akulturasi
Akulturasi adalah
proses pertukaran ataupun pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing
yang berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat
laun diakomodasikan dan dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa
kehilangan kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah
ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat
adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu
perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi mengacu
pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan
langsung dengan kultur lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal
melalui pendidikan seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan
keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut;
misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari
bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia
akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat
itu.
Pendidikan merupakan
proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan
budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal
(proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan
adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidikan
menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi.
politik, dan agama. Namun, pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan
alat untuk konservasi budaya-transmisi, adopsi, dan pelestarian budaya.
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya
bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara
seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari
dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian
diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara
permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara
masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.
*Sosialisasi
Menurut Soerjono
Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana ia menjadi anggota.
Maksudnya sosialisasi merupakan seluruh proses apabila seorang individu dari
masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang, berhubungan, mengenal dan
menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Menurut Gillin dan
Gillin, sosialisasi adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota
yang fungsional dari suatu kelompok yang bertingkah laku menurut
standar-standar kelompok mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut atau
norma kelompok. Proses sosialisasi dalam perkembangan psikologi individu memberi
pengaruh peranan-peranan individu dimana ia berada maupun dimasyarakat luas.
Dalam proses sosialisasi individu diajarkan untuk menjalankan peranannya secara
baik dan sesuai dengan standar.
Persamaan
Dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Masa Perkembangan
Individu
Kesamaan dan perbedaan
transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi antara lain : Persamaan
yang paling menonjol dari kedua proses transmisi tersebut adalah pengenalan ,
pemahaman kebudayaan tertentu dimana prinsip dasarnya memberikan informasi
mengenai budaya suatu daerah terhadap budaya lain. Proses dimana kita belajar
dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya
Perbedaan antara kedua transmisi tersebut adalah proses menyesuaikan diri
terhadap budaya tersebut , dimana kita dituntut lebih dari sekedar mengenal
budaya tersebut , tapi lebih pada praktek kegiatan budayanya.
Kesamaan dan perbedaan
dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja : Pada masa remaja adalah masa
transisi, dimana proses pencarian jati diri masih berlangsung. Pemahaman
kebudayaan remaja sangatlah penting namun transmisi budaya pada remaja saat ini
sangat sulit. Pemahaman tentang budaya itu sendiri dapat dimengerti, namun
untuk mempraktekan budaya itu sendiri kebanyakan remaja masih kurang berminat.
namun ada juga remaja yang peduli akan budaya, contoh: penari daerah yang terus
melestarikaan budayanya itu sendiri. Selain itu, mendominasi pada pemikiran
tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya
aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri,
kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988).
Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barat seperti negara timur
china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik
(Triandis, 1985, 1994).
Kesamaan dan perbedaan
antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal konfromitas : konformitas
merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia
bermasyarakat yang akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas)
sebagai bentuk aturan bermain bersama. Hal ini menyangkut perilaku kepatuhan.
Kesamaan ketika manusia yang hidup bermasyarakat mematuhi peraturan atau
adat istiadat yang ada dilingkungan itu sendiri dan bisa menempatkan dirinya
sesuai tempatnya. Perbedaan: ketika manusia yang hidup bermasyarakat itu tidak
mau mengikuti peraturan yang ada dilingkungannya itu sendiri dan orang itu pun
bersifat sesukanya dan tidak memandang peraturan yang berlaku dilingkungannya.
Kesamaan dan perbedaan
antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal kognisi sosial : Kognisi
social adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa,
mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social dapat
terjadi secara otomatis. Kesamaan: sama-sama untuk mengetahui suatu informasi ,
dan biasanya langsung mencirikan bahwa orang itu dari daerah mana. Contonya,
saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita
seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki
ciri/sifat tertentu. Perbedaan: berbedaannya kalau kognisi sosial
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia sosial.
Persamaan dan perbedaan
antar budaya dalam hal perilaku gender : Gender merupakan hasil konstruksi yang
berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam
lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada
pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga.
Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat
dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor
yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional.
Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik
atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu
unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua
ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang
berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung
kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan
tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan
mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
Sumber :
Berry, John W. 1999. Psikologi
Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Haviland, William A. 1995. Antropologi Jilid 1. Surakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment