Triandis, Malpas, & Davidson
bependapat bahwa psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan
bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan merode pengukuran yang
ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori
psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi
universal.
Menurut
Brislin, Lonner, & Thorndike, psikologi
lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya
yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang membawa kearah perbedaan
perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian,
kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda, dan di
bawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda.
Triandis
berpendapat bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik
mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam
budaya yang berbeda yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.
Pada
semua definisi itu, istilah budaya
selalu muncul. Tetapi dalam definisi-definisi tersebut hanya sedikit perhatian
diberikan pada minat-minat lain. Misal, psikologi lintas budaya tidak hanya
berkutat dengan keragaman tetapi juga keseragaman
(uniformity): apa yang secara
psikologis dapat dianggap sebagai sesuatu yang umum atau universal pada spesies
manusia. Lebih dari itu terdapat jenis ubahan kontekstual lain (yang tak lazim
dimasukkan dalam konteks budaya) yang telah dianggap sebagai bagian kegiatan
lintas budaya. Ubahan in mencakup: ubahan biologis (Dawson, 1971) seperti
nutrisi, faktor bawaan, proses hormonal yang mungkin bervariasi berdasar
kelompok dan budaya mereka, serta ubahan ekologis (Berry, 1976) yang memandang
populasi manusia berada dalam sebuah proses penyesuaian diri dengan lingkungan
alam, debngan menekankan faktor seperti aktivitas ekonomik (berburu,
mengumpulkan bahan makanan, bertandi, dan sebagainya) dan kepadatan populasi.
Selain
itu, dalam definisi-definisi tersebut tidak tercakup istilah lintas bangsa. Meski metode lintas bangsa
mungkin sama dengan yang ditempuh psikologi lintas budaya, istilah ini lebih
merujuk pada kajian yang diterapkan pada dua populasi yang erat berhubungan
secara budaya (contoh, perbandingan antara populasi Skotlandia-Irlandia atau
Perancis-Spanyol) dan biasa hidup berdekatan satu sama lain. Kajian yang lebih
penting adalah bahwa psikologi lintas budaya merupakan kajian berbagai kelompok
budaya dalam sebuah kesatuan bangsa (negara) tunggal. Pertanggung jawaban
memasukkan sebuah psikologi etnik dalam psikologi lintas budaya mungkin
ditopang oleh kenyataan bahwa beberapa kelompok yang dianggap mewakili budaya
asli agak menampakkan kenyataan berbeda (contoh, Indian asli berkulit hitam,
dan orang-orang Hispanic di wilayah Karibia). Sementara pendekatan lain mengutamakan
perbedaan budaya berdasar generasi sebelum dan sesudah migrasi. Fokus istimewa
dalam psikologi lintas budaya ini dicerminkan oleh banyak kajian yang menyoroti
perubahan perilaku sebagai akibat kontak antarbudaya.
Jadi,
dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi lintas budaya
ialah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara
psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai
hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosiobudaya, ekologis, dan
ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
ubahan-ubahan ini.
Tujuan Psikologi Linta Budaya
Tujuan
utama yang paling nyata ialah pengujian kerampatan (generality) pengetahuan dan
teori psikologis yang ada. J.W Whiting (1968) mengatakan bahwa kita menggunakan
psikologi lintas budaya melalui penggunaan data “beragam orang seantero dunia
semata-mata untuk menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan perilaku
manusia.”. Dawson (1971) mengajukan tujuan ini ketika menyatakan bahwa
psikologi lintas budaya dirancang agar kesahihan universal teori-teori
psikologi dapat dikaji secara lebih efektif.”
Tujuan
kedua yang di ajukan Berry dan Dansen (1974) adalah menjelajah budaya lain untuk menemukan
variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang
yang memang terbatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari psikologi lintas
budaya adalah untuk mencari persamaan dan perbedaan sejauh mana pengaruh budaya
dalam pembentukan sifat, karakter dan perilaku individu di berbagai belahan
dunia dengan latar budaya yang berbeda.
Hubungan Psikologi dan
Budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh
perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh
perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh
perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam
aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang
mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002)
misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila
dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu
psikologi lainnya.
Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya?
Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan
antara budaya dan perilaku social : Ekologi - biologi - budaya - sosiologi - ilmu
linguistik - kepribadian - perilaku.
Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999)
mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan
keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya.
Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim,
serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik
dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya
perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan
pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang
bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.
Sumber :
Berry,
John W, dan Ype H. Poortinga dkk. 1999. Psikologi
Lintas-Budaya Riset dan Aplikasi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/budaya-dan-hubungannya-dengan-psikologi/ diakses pada tanggal 2 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment