Tuesday, October 2, 2012

Psikologi Lintas Budaya: Apakah Itu?

Menurut Segall, Dasen dan Poortinga (1990), psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok, yaoitu keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi.

Triandis, Malpas, & Davidson bependapat bahwa psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan merode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.

Menurut Brislin, Lonner, & Thorndike, psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang membawa kearah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian, kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda, dan di bawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda.

Triandis berpendapat bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.

Pada semua definisi itu, istilah budaya selalu muncul. Tetapi dalam definisi-definisi tersebut hanya sedikit perhatian diberikan pada minat-minat lain. Misal, psikologi lintas budaya tidak hanya berkutat dengan keragaman tetapi juga keseragaman (uniformity): apa yang secara psikologis dapat dianggap sebagai sesuatu yang umum atau universal pada spesies manusia. Lebih dari itu terdapat jenis ubahan kontekstual lain (yang tak lazim dimasukkan dalam konteks budaya) yang telah dianggap sebagai bagian kegiatan lintas budaya. Ubahan in mencakup: ubahan biologis (Dawson, 1971) seperti nutrisi, faktor bawaan, proses hormonal yang mungkin bervariasi berdasar kelompok dan budaya mereka, serta ubahan ekologis (Berry, 1976) yang memandang populasi manusia berada dalam sebuah proses penyesuaian diri dengan lingkungan alam, debngan menekankan faktor seperti aktivitas ekonomik (berburu, mengumpulkan bahan makanan, bertandi, dan sebagainya) dan kepadatan populasi.

Selain itu, dalam definisi-definisi tersebut tidak tercakup istilah lintas bangsa. Meski metode lintas bangsa mungkin sama dengan yang ditempuh psikologi lintas budaya, istilah ini lebih merujuk pada kajian yang diterapkan pada dua populasi yang erat berhubungan secara budaya (contoh, perbandingan antara populasi Skotlandia-Irlandia atau Perancis-Spanyol) dan biasa hidup berdekatan satu sama lain. Kajian yang lebih penting adalah bahwa psikologi lintas budaya merupakan kajian berbagai kelompok budaya dalam sebuah kesatuan bangsa (negara) tunggal. Pertanggung jawaban memasukkan sebuah psikologi etnik dalam psikologi lintas budaya mungkin ditopang oleh kenyataan bahwa beberapa kelompok yang dianggap mewakili budaya asli agak menampakkan kenyataan berbeda (contoh, Indian asli berkulit hitam, dan orang-orang Hispanic di wilayah Karibia). Sementara pendekatan lain mengutamakan perbedaan budaya berdasar generasi sebelum dan sesudah migrasi. Fokus istimewa dalam psikologi lintas budaya ini dicerminkan oleh banyak kajian yang menyoroti perubahan perilaku sebagai akibat kontak antarbudaya.

Jadi, dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosiobudaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan ini.

Tujuan Psikologi Linta Budaya
Tujuan utama yang paling nyata ialah pengujian kerampatan (generality) pengetahuan dan teori psikologis yang ada. J.W Whiting (1968) mengatakan bahwa kita menggunakan psikologi lintas budaya melalui penggunaan data “beragam orang seantero dunia semata-mata untuk menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan perilaku manusia.”. Dawson (1971) mengajukan tujuan ini ketika menyatakan bahwa psikologi lintas budaya dirancang agar kesahihan universal teori-teori psikologi dapat dikaji secara lebih efektif.”
Tujuan kedua yang di ajukan Berry dan Dansen (1974) adalah menjelajah budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari psikologi lintas budaya adalah untuk mencari persamaan dan perbedaan sejauh mana pengaruh budaya dalam pembentukan sifat, karakter dan perilaku individu di berbagai belahan dunia dengan latar budaya yang berbeda.

Hubungan Psikologi dan Budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Sebenarnya bagaimana hubungan antara psikologi dan budaya? Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana hubungan antara budaya dan perilaku social : Ekologi - biologi - budaya - sosiologi - ilmu linguistik - kepribadian - perilaku.

Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya. Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim, serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku dan karakter psikologis. Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika, transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.


Sumber : 
Berry, John W, dan Ype H. Poortinga dkk. 1999. Psikologi Lintas-Budaya Riset dan Aplikasi.  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

No comments:

Post a Comment